Wednesday, January 12, 2011

'Harga' Kulturisasi Daging

Jika Anda pernah menonton film dokumenter supersize me, tidak ada benua di muka bumi ini yang belum tersentuh industri makanan cepat saji. Budaya makan daging hanya jeda satu generasi kini telah mengglobal. Jepang yang generasi tahun 60an masih dominan konsumsi nasi, sayuran, dan ikan generasi anak mereka dan hingga ke cucu kini telah berubah. Cepat saji merebak bagaikan jamur. Melihat fenomena ini, pemerintah Jepang mencoba membendung pengaruh arus ini dengan memberlakukan giliran masak untuk makan siang bersama dg menu tradisional di sekolah2.

("Yoshida menambahkan, salah satu cara membuat anak tertarik pada makanan adalah dengan melibatkan mereka dalam proses menyiapkan makan tersebut. Itu sebabnya, sekolah di Jepang menugaskan anak-anak bergiliran menjadi school lunch duty. Berseragam mirip koki, mereka mendistribusikan makanan untuk teman-temannya.)

Di Amerika sendiri dampak dari budaya makan daging adalah: 1 dari 3 anak menderita kelebihan berat badan. 1 dari 5 remaja memiliki level kolesterol yang tidak normal. Dengan status kesehatan seperti ini, diperkirakan di usia dewasa resiko mereka menderita obesitas, diabetes dan hipertensi akan sampai pada angka yang belum pernah terjadi sebelumnya

"One in three children is now overweight. One in five teens has an abnormal cholesterol level. As this generation reaches adulthood, the rates of obesity, diabetes, and hypertension will be unprecedented. Aside from the personal costs, the financial burden will be more than the nation can bear."

http://www.pcrm.org/news/fighting_for_americas_children_commentary_barnard_101213.html

Berhadapan dengan fakta ini membuat pemerintah Amerika tidak ada pilihan selain membangun budaya baru, budaya makan sayur dan buah. Februari lalu secara resmi dikampanyekan oleh Michelle Obama, lalu melakukan pendekatan thd koki-koki kantin sekolah untuk program menu makan siang yang sehat untuk anak2. Program ini ditargetkan akan melibatkan seluruh sekolah di Amerika.

Negara bagian Baltimore tahun lalu, menjadi negara pertama yang menerapkan menu makan siang tanpa daging kepada 80.000 pelajar di seluruh sekolah. Diikuti oleh Hawaii, California, New York, Florida mengeluarkan resolusi yang merekomendasikan pilihan menu vegan di sekolah. Menurut Asosiasi Gizi Sekolah, sudah 65% sekolah di US menawarkan pilihan vegetarian.

The Hawaii, California, New York and Florida legislatures passed resolutions recommending vegan school options. Last year, the Baltimore City public school system became the first in the nation to offer its 80,000 students a weekly meat-free lunch. According to the School Nutrition Association, 65 per cent of U.S. schools now offer vegetarian lunch options.

Puncak dari reformasi menu makan siang, minggu pertama Januari 2011 ini Presiden Obama menandatangani Undang-Undang Anak Sehat dan Bebas Lapar. Undan-undangi ini akan mengganti makan siang dengan pilihan makan yang lebih sehat.

This week, President Obama signed the Healthy, Hunger-Free Kids Act–the first major bipartisan bill enacted by a deeply polarized congress since the election. The act will replace junk food in school lunches and vending machines with more healthful options.http://honoluluweekly.com/letters/2011/01/schools-offer-vegan-options/

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia malah sedang giat kampanye makan daging untuk anak-anak. Baca: MLA atau Meat & Livestock Australia, yaitu sebuah organisasi non-profit yang beranggotakan produsen daging Australia menggelar sebuah seminar untuk mengajak anak-anak Indonesia mengkonsumsi daging. Dimana daging dikenal sebagai salah satu makanan yang mengandung 5 protein penting termasuk diantaranya kandungan zat besi yang tinggi. Guna mensosialisasikan gizi seimbang dalam pola makan anak tersebut MLA tidak sendiri, bekerjasama dengan Gran Melia Jakarta serangkaian kegiatan kampanye bertemakan "Let's Beef Up Your Kids Growth with Beef Meat" ini digelar.http://www.detikfood.com/read/2009/12/08/180556/1256393/294/kampanye-makan-daging-untuk-anak-indonesia

Pertimbangkan sendiri, di saat negara lain akhirnya dibuat sadar karena sudah terkena dampak dari budaya makan daging, negara kita malah mengulang kesalahan yang sama. Apakah perlu terbentur masalah yang sama, baru kita mau melirik pola sayur, buah dan kacang2an yang jelas2 lebih sehat?.





Source: Luis WIlliam Wang

No comments:

Post a Comment